Pages

HMI Boy

......

AMSM (Aliansi Masyarakat Situbondo Menggugat)

Demo gabungan dengan beberapa elemen organisasi dan masyarakat Situbondo mengenai kenaikan Harga BBM tahun 2012.

Demo APBD

HMI Cabang Situbondo menggelar demo di depan gedung DPRD atas keterlambatan APBD Kab. Situbondo.

Gabungan

......

Bakti Sosial

Bakti sosial korban banjir di Tanjung Kamal Situbondo.

Thursday, May 6, 2021

Kegelisahan Mahasiswa Millenial

Mahasiswa Unars
Sumber : Yusron_progressif


Didalam dunia Mahasiswa tidak lepas dari keadaan kampus yang menjadi tempat dimana mahasiswa mengenyam pendidikan. Kampus juga menjadi faktor penentu bagaimana mahasiswa meraih kesuksesan. Kampus akan menjad ladang para kaum intelektual yang akan menjadi pewaris peradaban Bangsa. Namun tidak sedikit mahasiswa yang akan mewarisi itu terjatuh dalam dunia ke-intelektualannya. Dalam hal ini keintelektualan yang salah digunakan akan berakibat pada degradasi generasi, Cukup banyak kasus yang menyebutkan bahwa kampus gagal mencetak generasi penerus bangsa yang berintegritas.

Gagalnya Kampus Sebagai Ladang Intelektual

Bagaimana keadaan di kampusku ? Disinilah aku mengenyam Pendidikan S1 dari keinginan yang diluar ekspektasiku. Bagaimana tidak hanya keadaan, tapi juga bagaimana mahasiswa didalamnya yang menjadi pengisi bangku kuliah. Kampusku memang memiliki lokasi yang tidak banyak diketahui orang dan juga termasuk Perguruan Tinggi yang belum bisa bersaing dengan banyak perguruan tinggi besar di luar. Memang swasta, tapi masih belum banyak orang yang mempunyai mimpi besar mau berfikir bagaimana kampus ini bisa mencuat ke permukaan dengan skala nasional dan mampu bersaing dengan perguruan tinggi yang lebih tenar. Bagaimana dalam keadaan sekitarpun masyarakat masih Apatis dalam mengenyam lanjutan pendidikan ini dan lebih memilih langsung bekerja pasca lulus sekolah menengah atas.

Paradigma yang telah mendarah daging dari masyarakat membuat mahasiswa dituntut untuk mengetahui banyak hal tidak hanya sesuatu yang telah diasah dikampus. Dan bahkan dikampuspun tidak banyak yang bisa diambil sebagai pembelajaran ketika bermasyarakat. Bagaimana keadaan didalam masyarakat yang masih banyak pengangguran ataupun pekerja yang sudah mengenyam pendidikan S1 bahkan S2 tidak sesuai apa yang sudah mereka lewati. Sangat disayangkan bagaimana uang itu hanya menjadi alat yang digunakan sebagai pelancar perjalanan di dunia perguruan tinggi.

Melihat mahasiswa di daerahku, membuat hati iri bagaimana mereka yang mampu untuk terus duduk di bangku itu sampai semester akhir hanya menjadi pelengkap tempat duduk yang ada di kelas. Apakah mereka tidak mampu melihat dan merasakan bagaimana sungguh beruntungnya mereka dengan keadaan yang lebih memadai. Banyak di daerahku mahasiswa yang terlempar dan terpaksa ambil cuti, bahkan harus berhenti di tengah jalan karena keterbatasan perekonomian. Bagaimana kerennya ketika pulang kuliah dengan dada membusung, dalam hati berkata aku adalah mahasiswa. Seakan akan bangga menjadi mahasiswa yang dianggap keintelektualan melebihi dari masyarakat yang tidak kuliah.

Berat hati ketika melihat kakak kelasku yang sudah bersusah payah namun harus kandas dan dipaksa menerima keadaan pahit yang menimpa. Banyak sesuatu yang dilakukannya dan membuat mahasiswa lain lebih berfikir untuk kuliah dengan maksud dan tujuan yang pasti. Apakah ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membalas kebaikannya? Apakah aku hanya akan diam melihatnya terus belajar meskipun sudah tidak mampu lagi melanjutkan perkuliahannya? Banyak orang bertanya tanya, “Gimana kak caranya seperti kakak? Bagaimana kakak bisa seperti itu?”. Dengan senyuman kecilnya dia berkata kepada mahasiswa mahasiswa baru itu “Saya cuman bisa seperti itu dik, kamu tentu bisa lebih dari ini.” Ujarnya dengan nada lembut. Sebuah pertanyaan yang mampu menyentuh hatipun keluar dari seorang mahasiswa baru yang juga terkagum kagum melihatnya dan mampu untuk membuatku terdiam, “Kakak di kampus semester berapa,? Kayaknya cocok jadi dosen hehehe.” Sambil bergurau.”Saya masih cuti dek, gatau kapan mau neruskan,” Jawabnya sambil melihat ke langit.

Timbul sebuah pertanyaan dari lubuk hatiku setelah kejadian itu. Apakah Tuhan adil dalam memperlakukan umatnya? Yang bahkan dia tidak pernah sedikitpun mengeluh dan membandingkan dirinya dengan orang orang yang memiliki sesuatu yang jauh melebihi dirinya. Apakah perbedaan kasta dan kepemilikan harta yang melimpah membuat pendidikan menjadi sesuatu yang membatasi generasi muda untuk berkembang? Apakah negaraku sudah benar benar merdeka? Apakah sudah benar kemerdekaan yang selalu digaungkan itu sudah benar benar dirasakan? Bagaimana sebuah keterbatasan itu yang membuat nurani masyarakat menjadi terjajah. Benar katamu Bung, akan lebih sulit perjuangan kalian karena melawan bangsa sendiri daripada melawan penjajah dari luar.

Sebuah belenggu yang tidak bisa dihindari, bagaimana harus memerdekakan diri namun realita memaksakan keadaan harus berbanding terbalik. Yang saat ini mahasiswa diharapkan menjadi tombak utama dalam kemajuan sebuah pembangunan negara, namun harus di borgol pengetahuannya lantaran perekonomian yang membatasinya. Sebuah mimpi besar yang harus terpaksa dipendam.

Sosial Media sebagai Hantu Peradaban

Sebuah perkembanbangan pesat pada zaman ini, dimana sampai per hari ini kemajuan IPTEK sudah meledak. Menjadikan masyarakat lebih mudah mengakses informasi. Kerap terjadi di lingkunganku bagaimana banyak terjadi perubahan. Bahkan sangat sulit untuk membedakan mana mahasiswa dan mana yang bukan. Pengetahuan dan juga literasi yang sudah mudah diakses membuat semua orang bisa belajar, bahkan tanpa sekolahpun. Situasi ini membuat keadaan dalam masyarakat menjadi lebih mudah, namun sebaiknya dipikirkan lagi dalam menggunakan kecanggihan teknologi hari ini. Tidak banyak orang sadar, terutama masyarakat awam yang memikirkan bagaimana sisi positif dan sisi negatif dari perkembangan ini. Memang sesuatu yang abstrak ketika melihat perkembangan hari ini dimana sisi positif penggunaan teknologi yang banyak dianggap baik namun di sisi lain membuat banyak kalangan masyarakat menjadi lebih apatis.

Bahkan dikalangan mahasiswa sudah memiliki rasa acuh terhadap buku buku bacaan yang selama ini menjadi senjata terbaik di dunia perkuliahan. Mahasiswa lebih memilih sesuatu yang instan yang menjadi jalan pintas sebagai problem solving dan menjadikan kemajuan teknologi ini sebagai sebuah buah yang jatuh dari surga. Tidak butuh bertumpuk tumpuk buku untuk menjawab banyak pertanyaan. Cukup bermodalkan uang 50 ribu ke konter untuk segala materi. Entah pemikiran mereka memang mau memahami atau cuman mau hura hura  dan tidak mau repot terhadap pembelajaran di dunia kampus. Jelas hal itu juga yang akan berpengaruh besar terhadap perkembangan suatu negara.

Di sisi lain pengaruh terhadap semua kalangan masyarakat selain membuat mereka apatis, juga akan membuat masyarakat lebih bersifat membenarkan dirinya lantaran sumber informasi yang saat ini banyak dipakai berasal dari sosmed yang sulit untuk ditemukan kebenarannya. Bagaimana masyarakat lebih mencintai kebenaran yang didapatnya daripada lebih memilih kebijaksanaannya (misosophia).  Dalam hal ini banyak diskriminasi yang didapatkan masyarakat dan tidak lagi ingin memikirkan sesama. Masyarakat lebih bersifat individual, menganggap diri sebagai kebenaran yang mutlak dan sudah tidak mau memikirkan kepentingan orang lain. Bagaimana keadaan sekarang sudah tidak memperdulikan sikap tapi lebih mengedepankan intelektual. Apapun yang secara terlihat mata terjadi memang itu yang terjadi.  Masa dimana ketika melihat orang berbohong di cap sebagai pendusta dan orang melakukan demonstrasi di cap radikal.


Oleh : Yusron

(Kader HMI Komisariat Universitas Abdurrachman Saleh)


Saturday, February 18, 2017

Wajah Baru HmI Bondowoso-Situbondo

Suasana Forum Muscab

Musyawarah Cabang (Muscab) Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Cabang Bondowoso-Situbondo berjalan cukup Dramatis. (18-19/02/17)


Musyawarah diikukuti oleh Kader HmI yang berasal dari 3 Komisariat dilingkungan HmI Cabang Persiapan Bondowoso-Situbondo terdiri dari Komisariat Bondowoso, Komisariat At-taqwa dan Komisariat Situbondo. Hadir pula dari PB HMI, Pengurus Badko Jatim, Pengurus HMI Cabang Jember dan Kahmi Bondowoso juga situbondo.


Musyawarah Cabang (Muscab) ini dimaksudkan untuk memilih Ketua Umum HMI Cabang Persiapan Bondowoso-Situbondo. Dalam perkembangannya, Muncul 2 orang kandidat yaitu Muh. Fajri dari Bondowoso dan Ainul Burhan dari Situbondo. Kedua-duanya pernah menjabat sebagai Ketua Umum Komisariat.


Sebanyak 88 orang anggota aktif menjadi pemilih tetap dalam musyawarah tersebut. Setelah dilakukan pemilihan secara langsung, umum, bersih dan rahasia, diperoleh hasil sebagaimana berikut :

1. Muh. Fajri : 71 Suara

2. Ainul Burhan : 15 Suara

3. Tidak sah : 2 Suara

Suara terbanyak diraih oleh Muh. Fajri dengan perolehan suara sebanyak 81 %, posisi kedua Ainul Burhan sebanyak 17 % dan suara tidak sah 2 %. Maka, dengan hasil tersebut, saudara Muh. Fajri terpilih sebagai Formatur Ketua Umum HmI Cabang Persiapan Bondowoso-Situbondo untuk periode 2017-2018.


Perolehan Suara Pemilihan Ketum

Friday, May 6, 2016

TAK PERLU GADUH MENANGGAPI SAUT SITUMORANG

Foto : Saut Situmorang, Pimpinan KPK
Nasional.-Beberapa hari terakhir ini para kader HMI dan KAHMI sedang sibuk memperbincangkan tentang Saut Situmorang salah satu Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang pada saat acara salah stasiun Televisi Swasta, kamis 5 Mei 2016 mengatakan bahwa “mereka orang-orang cerdas ketika mahasiswa, kalau di HMI minimal LK I, tetapi ketika menjadi pejabat mereka korup dan sangat jahat”. Pernyataan tersebut dianggap sangat tendensius dan merupakan pembunuhan karakter serta mendiskreditkan HMI menurut Muhammad Marwan saat memimpin RAKORNAS KAHMI III di Purwokerto Jawa Barat.
Dalam forum RAKORNAS tersebut disampaikan pernyataan sebagai berikut : Penyebutan HMI dalam konteks pembicaraan Saut Situmorang telah merugikan nama baik HMI lantaran melakukan generalisasi bahwa kader himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang sudah mengikuti Latihan Kader (LK I ) melakukan Korupsi, Pernyataan tersebut sangat tendensiusdan merupakan pembunuhan karakter serta mendiskreditkan HMI, Pernyataan tersebut sangat tidak pantas dilakukan oleh pejabat publik selaku aparat penegak hukum.
Oleh karenanya, forum Rakornas KAHMI menuntut supaya Saut Situmorang minta maaf kepada HMI melalui media massa cetak dan elektronika nasional selama 5 hari berturut-turut, Saut Situmorang mundur dari jabatan pimpinan KPK,  KAHMI akan menempuh upaya: melaporkan ke Majelis Kode Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan menempuh upaya hukum serta melaporkan ke Mabes POLRI.
Saya kira reaksi yang dilakukan KAHMI ataupun HMI sangat berlebihan mengingat pernyataan Saut Situmorang masih kategori pernyataan Murahan yang tidak mungkin berdampak besar terhadap  Kaderisasi HMI ataupun ruang karir yang sedang ditempuh alumni HMI diberbagai lembaga pengabdian. Karena dalam LK-I ataupun LK-II, tidak ada materi ataupun praktek yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Maka dari itu ada saran kepada Saut Situmorang sebagai pimpinan KPK atau HMI dan KAHMI. Jika memang Saut Situmorang menengarai ada gerak-gerik mencurigakan dalam aktifitas yang dilakukan oleh HMI atau KAHMI, Silahkan lakukan investigasi khusus agar setiap pernyataan yang disampaikan kepada publik tidak menjadi bola panas yang mengelinding tak jelas arah dan cenderung tendensius. Bukankah melalui pemerintah atau Kepolisian, Saut Situmorang bisa melarang peredaran buku, materi pembelajaran atau kegiatan HMI jika memang mengandung unsur tindak pidana korupsi. Kemendikbud saja bisa menarik/melarang buku atau kegiatan yang mengandung radikalisme dan menentang pancasila. Saya kira jika kondisi di HMI atau KAHMI dianggap besar kemungkinannya terjadi praktek atau doktrin Korupsi, tidak ada salahnya tindakan tersebut diambil agar tidak terjadi praktek korupsi yang lebih luas.
Bagi HMI ataupun KAHMI jika merasa tidak melakukan tindakan sebagaimana yang dituduhkan oleh Saut Situmorang, sebaiknya buktikan pada publik dengan pendekatan rasional/ilmiah. Tak perlu kemudian Frontal menanggapi pernyataan saut. Misalnya, lakukan penelitian tentang kader HMI atau KAHMI dari Sabang Sampai Merauke. Lalu sampaikan kepada publik, berapa persen kader HMI atau KAHMI yang tersandung kasus korupsi dan berapa persen yang berkontribusi besar terhadap kemajuan Bangsa. Dari situ kemudian kita akan mengetahui dan membuktikan kepada bangsa indonesia bahwa pernyataan Saut Situmorang keliru atau sesuai kenyataan. Karena tidak bisa dipungkiri juga, memang ada beberapa alumni HMI yang tersandung kasus korupsi dan ada pula Alumni HMI yang menjadi pemimpin bangsa dengan Integritas tinggi.
Pertanyaannya sekarang, Berani tidak Saut Situmorang melalui institusi KPK-nya melakukan investigasi tersebut ?. Sedangkan HMI atau KAHMI berani tidak di pantau/diperiksa setiap aktifitasnya lalu dengan pendekatan riset membuktikan bahwa kadernya bersih dari praktek korupsi ?. Saya menanyakan hal tersebut agar tidak lagi terjadi tindakan salah menyalahkan institusi yang ujung-ujungnya merugikan kedua belah pihak yang bertikai. Lihat saja pertikaian wacana antara KPK vs Polri, KPK Vs Partai, KPK Vs Ormas dan lain sebagainya. Artinya setiap pejabat publik (KPK atau HMI/KAHMI) tidak kemudian menyampaikan pernyataan di muka publik hanya karena Like and Dislike. Tetapi dibuktikan dengan pendekatan ilmiah yang diakui keabsahannya oleh publik. Agar bangsa ini tidak terus menerus menjadi bangsa yang Bangga akan ejekan atau cinta akan permusuhan.(Syaiful Bahri)

Sunday, May 17, 2015

Tak seburuk yang dibayangkan

Tak Seburuk yang anda Bayangkan Salam silaturrahmi. Saya ucapkan terimakasih atas pemberian cabe rawit dari kakanda Syaiful Bahri kemarin, jika diibaratkan sebuah makan malam maka kurang lengkap rasanya jika tanpa sambal, semoga dengan cabe tersebut kita bisa membuat sambal yg sangat lezat dan menambah nikmatnya hidangan. Amin Tak dapat saya pungkiri sejak terpilihnya kakanda Ainul burhan sebagai ketua Umum atau sejak pelantikan pengurus HMI Cabang Jember Komisariat Situbondo periode 2015-2016 pada tanggal 20 april 2015 sampai saat ini belum menampakkan kinerjannya. Bukan masalah ketua umum atau siapa tetapi kami segenap kepengurusan yang bertanggung jawab atas berjalannya roda organisasi HMI Situbondo pada saat ini. Kepengurusan kali ini mengalami kemunduran, tidak seperti jaman tempo dulu dan semacamnya itulah yang ada dipikiran para pengamat saat ini. iya memang benar adanya, dengan 4 alasan yang kakanda samapaikan kami tidak dapat mengelak atau membela diri karena semua itu adalah hasil dari pengamatan kakanda namun ada beberapa kejadian yang tidak diketahui oleh kakanda yang pertama : ada LK 1 di HMI Cabang Jember kata siapa kami tidak mengirim kader ? Ada 2 kader yang kami kirim yaitu pada saat LK 1 Komisariat KIP. Kedua: LKK cabang jember, kami selaku pengurus sudah melakukan pendampingan kepada beberapa kader agar mau mengukuti LKK di Cabang Jember, sehingga saudari yantin bersedia untuk mngikuti LKK di Jember. Pembuatan makalah akhirnya selesai juga, namun pada saat hari H saudari yantin tiba-tiba jatuh sakit dan tidak diberi izin oleh orang tuanya untuk mengikuti LKK di Jember, kami pun mngajak beberapa kader yang lain untuk bisa mengikuti LKK di cabang. Pasti ada pertanyaan bukan? Kemana para pengurus HMI-wati yang lain ? Apakah mereka tidak ingin mengikuti LKK?? Semua ingin pastinya. tetapi pada Saat itu kami persiapan ujian ( hanya alasan, begitu munkin pikiran kakanda pada saat membaca, namun semua ini nyata kakanda ) sempat berfikir jika saya belum mengikuti LKK ingin rasanya saya ikut LKK di cabang jember, rasa kecewa semua ada pada diri saya saat itu (eman) karena tidak 1 pun kader HMI wati yang bisa mengikuti LKK di cabang jember. saya rasakan itulah kelemahan saya sebagai ketua bidang PP yang tidak bisa mengakomodir dan meningkatkan motivasi HMI wati situbondo, saya sadar itu. Ketiga: untuk LK 2 berkali- kali ketua Umum memotivasi beberapa pengurus untuk mngikuti LK2 waktu itu di madura dan Makasar, sudah ada tapi lagi-lagi berbenturan dengan ujian, sehingga pengurus yang pada awalnya akan mengikuti LK 2 di madura mengurungkan niatnya untuk pergi. Mewakili diri saya pribadi (bukan untuk membela diri) sampai saat ini saya masih bersemangat untuk mengikuti LK2 hanya menunggu waktu yang pas untuk berangkat agar dapat izin dari orang tua (alasan lagi ? tidak kakanda, kakanda tentu tahu bagaimana kondisi HMI wati saat akan keluar kota, dengan begitu saya memutuskan untuk mngikuti LK2 di cabang jember saja). Keempat: masalah kebersihan komisariat, saat kekomisariat selalu kami sempatkan untuk bersih- bersih namun saya sadari semua itu tidak seperti yang kakanda harapkan. Kelima: minat baca yang kurang, itu semua disiasati kemarin oleh ketua umum dengan membaca sambil bermain. Saya pribadi masih sangat kurang dalam membaca,tetapi saat ini saya membaca buku dengan judul "teori-teori psikologi" halaman 20. Di komisariat sepi diskusi adanya santai-santai dan semacamnya. Benar sekali tapi sedikit demi sedikit sudah berubah. kami faham semua kritikan yang kakanda sampaikan untuk mengembangkan dan memperbaiki jalannya organisasi, kami tidaklah sempurna ( alasankah?? ) Tapi kami berusaha untuk melakukan semuanya semaksimal munkin. Saya ucapkan terimakasih kepada kakanda yang telah rela mengorbankan waktunya untuk selalu memantau gerak langkah kami dalam menjalankan organisasi. YAKUSA masakin Sadarlah kewajiban mulya. Salam.........

Friday, May 15, 2015

Partisipatory Planning

Perencanaan Partipatif digagas oleh HMI Situbondo dalam rangka membangun Good Organization

Situbondo.-Puluhan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Situbondo sedang melaksanakan Musyawarah Rencana Kerja(Musrenker)di Pantai Pathek Situbondo (14/05). Kegiatan ini merupakan inisiatif dari Pengurus HMI Situbondo dengan melibatkan Seluruh Anggota, baik anggota muda ataupun anggota biasa.Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk mendengar aspirasi/usulan dari seluruh anggota HMI Situbondo yang nantinya akan dirumuskan kembali dalam rapat kerja(Raker) pengurus periode 2015/2016.
“Kegiatan ini kami lakukan adalah untuk mendengarkan secara langsung kemauan dari kader-kader HMI Situbondo, sehingga nanti ketika kami merencanakan program kerja.menjadi program yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan kader”,terang Ainul Burhan yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Periode 2015/2016.
Tehnisnya adalah,seluruh anggota yang hadir dalam Musyawarah tersebut dibagi menjadi 3 komisi. Komisi I membahas tentang Pendidikan,budaya dan tehnologi, Komisi II tentang Ekonomi dan Pertanian sedangkan Komisi III Lebih banyak yakni bidang social,hukum,Ham dan lain sebagainya.Setelah masing masing komisi mendiskusikan usulannya,kemudian dilanjutkan dengan Pleno, dimana setiap komisi mempresentasikan hasil Diskusi di Komisinya.
“Kurang lebih terdapat 30 usulan Prioritas dari hasil Musyawarah Tersebut”,Terang Nurul Sekretaris Umum periode 2015/2016.lanjut dia, usulan-usulan itu akan dirumuskan kembali oleh pengurus yang kemudian akan dispesifikasikan sesuai dengan bidang-bindang yang ada di kepengurusan yakni bidang Pembinaan,pengembangan dan penelitian Anggota(PPPA),Bidang Perguruan Tinggi kemahasiswaan dan Pemuda(PTKP),Bidang Kewirausahaan dan pengembangan Profesi (KPP),Bidang Pemberdayaan Perempuan,Kebendaharaan,administrasi dan kesekretariatan.
Selama ini program yang di Planingkan oleh beberapa organisasi memang belum dilakukan secara partisipatif (Bottom-Up) Melainkan lebih dari aatas kebawah (Top-Down).Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)Situbondo mengawali untuk terlaksananya proses perencanaan dengan mendengarkan langsung pendapat atau aspirasi dari anggotanya yang menurut keterangan salah satu Pengurus,Anggota HMI Situbondo sudah mencapai angka Lebih dari 150 Orang. Ini adalah angka yang masih sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah seluruh mahasiswa yang kuliah di situbondo ±10.000 orang.Kedepan HmI situbondo perlu lebih giat lagi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Kadernya.(15/05/2015)